“Apapun yang terjadi dalam hidup ini adalah untuk dijalani, untuk disyukuri, dan untuk dinikmati.” (Dadang JSN)
Akhir-akhir ini aku cukup disibukkan dengan berbagai macam tugas-tugas dan pekerjaan-pekerjaan yang harus aku selesaikan, di samping itu aku pun harus meluangkan sebagian waktu berhargaku untuk menjalankan kewajibanku sebagai hamba Allaah dalam beribadah kepada-Nya semata, terlebih di bulan Ramadhan 1434 H, yakni bulan yang penuh berkah, rahmat, dan ampunan-Nya, diharapkan menjadi momentum tepat dan istimewa untuk semakin mendewasakan diri sekaligus mengasah rasa pengabdian diri hanya untuk kebaikan-kebaikan yang diberkah lagi total, bukan hanya untuk kepentingan duniawi saja namun juga kepentingan-kepentingan ukhrowi sebagai bekal di akhir hayatku nanti.
Dalam kesempatan kali ini aku akan berbagi sedikit kisah nyata dalam penggalan kisah sepanjang hidupku. Masa kecilku dibesarkan di lingkungan desa yang tergolong daerah pelosoknya Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, tepatnya di Dukuh Kaliasin, Desa Jari, Kecamatan Gondang, Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur. Ibuku seorang pensiunan PNS guru SD yang telah pensiun mulai tahun 2013 ini, dan ayah kandungku berprofesi sebagai petani biasa, namun beliau memiliki “senses of humor” yang tinggi.
Bila kuingat masa-masa kecilku dulu, rasanya ingin kukembali mengalaminya. Saat itu membaca adalah makanan tambahan sehari-hariku, mungkin karena ibukku merupakan seorang guru di SD tempatku menimba ilmu, beliau tak segan-segan dan tiada pernah bosan untuk terus menasehatiku di tengah-tengah kealpaanku ketika itu, wajarlah namanya anak kecil, inginnya terus bermain melulu. Selain itu ada motivasi dari diri-sendiri yang berhubungan dengan nama pemberian kedua orang tuaku yang mencantumkan “Juara” dalam deretan nama panjangku, hal ini membuat aku terus termotivasi masa itu, rasanya malu bila tidak dapat ranking di kelas, dan hasilnya alhamdulillaah… mulai kelas 1 hingga kelas 6 saat duduk di bangku SD itu aku selalu mendapatkan ranking 1, termasuk juga Nilai Ebtanas Murni yang menjadi salah satu penentu kelulusan pendidikan dasarku kala itu.
Dari sini aku ingin menyapa teman-teman kecilku alumni SDN Jari 1 tahun pelajaran 1994/1995 yang masih tersimpan di benakku kini, di antaranya; 1. Hartono, 2. Hartini, 3. Yati A, 4. Yati, 5. Jariyanto, 6. Darianto, 7. Purwanto, 8. Priadi, 9. Supriadi, 10. Umbini, 11. Duwin, 12. Pani, 13. Sakun, 14. Joko, 15. Edi Suratno, 16. Yasminten, 17. Wiji, 18. Marmi, 19. Mariyono, 20. Andik, 21. Laminten, 22. Rukayah, 23. Kartini, 24. Hanto Sutopo. Apa kabar kalian semua kawan-kawanku…? Semoga kalian semua senantiasa sehat-sehat serta selalu berbahagia beserta keluarga di manapun kalian berada… Aamiin…
Setelah lulus dari SD Negeri Jari 1, Alhamdulillaah aku mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikanku di SMPN 2 Bubulan yang berada di Desa Senganten Kecamatan Gondang, yang saat ini telah berubah nama menjadi SMPN 1 Gondang hingga lulus tahun pelajaran 1997/1998 dengan hasil yang cukup membanggakanku terlebih untuk kedua orang tuaku, Alhamdulillaah walaupun prestasiku tidak segemilang di SD, namun aku sudah bersyukur telah pernah meraih juara 1 walaupun hanya sekali tepatnya di kelas 1 SMP, selebihnya masuk dalam 4 besar, setelah itu juara-juara baru lainnya terbit hingga kelas 3 unggulan; teman-teman berprestasiku kala itu adalah Yunanto dan Indah Sri Wahyuni… “Jempolku” untuk kalian, saya yakin kalian sudah jadi “orang” sekarang ini… hehehe…
Alumni SDN Jari 1 seangkatanku yang melanjutkan di SMP tempatku belajar hingga kembali bersamaan lulus denganku pada tahun pelajaran 1997/1998 yakni ; Hartono, Darianto, Jaryanto, Andik, Supriyadi, Hartini, Yati, dan Umbini… Salut untuk kalian semua, termasuk juga atas kesetiaan kalian dalam menemaniku jalan kaki sekitar 2 km selama 3 tahun denganku… Kalian sungguh luar biasa…
Selepas itu kembali ku mengucap puji syukur kehadirat Allaah SWT yang memberikan jalan hidupku untuk terus melanjutkan ke tingkat SLTA tepatnya di SMU Negeri 3 Bojonegoro hingga lulus pada tahun pelajaran 2000/2001. Setelah lulus SLTA aku menunda 1 tahun untuk kursus Komputer di LPIKOM Bojonegoro, selanjutnya dari tahun 2002 aku baru mulai masuk ke jenjang perguruan tinggi di IKIP PGRI Bojonegoro Program Studi FKIP-PKn hingga lulus pada tahun 2006.
Singkat cerita pada awal tahun 2008 aku merantau ke Pulau Sumatera, tepatnya di sebuah daerah di Kabupaten Tebo Provinsi Jambi, hingga pada akhir tahun 2008 aku mencoba mengikuti Tes Penerimaan CPNS Formasi Umum, untuk yang pertama kali dan sekaligus untuk yang terakhir kalinya. Alhamdulillaah lulus, insya Allaah… inilah salah satu berkat dari do’a tulus ibuku tercinta...
Banyak cerita suka dan duka yang kualami dalam kurun waktu sekitar 4 tahun berjalan selama bertugas di SMPN Satu Atap Sungai Karang yang notabene berlokasi di kawasan HTI (Hutan Tanaman Industri), yang mana di daerah ini fasilitas akses jaringan listrik PLN termasuk juga jembatan yang menghubungkan antara Kecamatan VII Koto Ilir dengan Desa Sungai Karang belum tersedia, alhasil menyeberangi sungai Batanghari dengan sarana "perahu kecil bermesin" pun menghiasi hari-hari perjalanan dinasku dari tempat tinggalku ke sekolah ini. Walaupun begitu, namun alhamdulillaah… aku sangat menikmati semua ini…
Semakin lama, semakin terasa pula, bahwa ternyata keterbatasan-keterbatasan yang ada ini membuat sebuah tantangan tersendiri, di mana tuntutan untuk sekolah ialah harus mampu menghasilkan siswa-siswi maupun lulusan yang berkualitas tentunya. Hal ini tak akan mungkin aku sepelekan, bahkan ini telah menyatu dalam darahku serta menjelma dalam visi dan orientasi utama hidupku. Namun di sisi lain, dengan adanya keterbatasan dan minimnya sarana prasarana yang tersedia inilah yang akhirnya justru menjadi motivasi positif bagi pihak sekolah, komite sekolah, seluruh wali murid, dan segenap pemerintah desa serta seluruh elemen masyarakat Desa Sungai Karang untuk berpartisipasi aktif serta bersinergi keras demi tercapainya kualitas pendidikan yang berkualitas yang telah diidam-idamkan bersama, sehingga lambat laun semua “impian-impian” itu dapat terwujud menjadi nyata. Aamiin…
Selanjutnya, berbagai cara alternatif pun ditempuh pihak sekolah dan komite sekolah yang didukung oleh segenap pemerintah desa serta masyarakat Desa Sungai Karang demi terpenuhinya sarana dan prasarana sekolah yang lebih layak, tentunya dengan satu tujuan utama yakni untuk memperlancar proses belajar-mengajar di SMPN Satu Atap Sungai Karang, beberapa upaya bersama ini dilakukan dalam bentuk permohonan ataupun laporan-laporan resmi kepada Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Tebomaupun pengajuan permohonan-permohonan bantuan sarana penunjang pembelajaran kepada perusahaan-perusahaan di sekitar sekolah, dan alhamdulillaah… seperangkat komputer sudah pernah dihibahkan PT. Tebo Multi Agro untuk sekolah kami.
Mengenai perkembangan sekolah tempatku bertugas, alhamdulillaah… kini sudah mulai mengalami kemajuan signifikan yang patut disyukuri, selain telah memiliki 3 lokal gedung permanen untuk ruang belajar, tahun ini juga telah terealisasi sebuah gedung perpustakaan yang sudah dilengkapi pula pula dengan buku-buku bacaan siswa maupun guru yang jumlahnya kurang lebih 1600 eksemplar. Selain adanya penambahan sarana dan prasarana sekolah, jumlah peserta didiknya dari tahun ke tahunnya pun semakin bertambah, yang mana pada awal mula berdiri sekolah ini, untuk jumlah peserta didik sekaligus yang berhasil lulus untuk pertama kalinya pada tahun pelajaran 2009/2010 sebanyak 7 anak, dan pada tahun pelajaran 2013/2014 sekarang ini jumlah keseluruhan peserta didik telah mencapai 75 anak. Sejak tahun pelajaran 2012/2013 ini, SMPN Satu Atap Sungai Karang telah meluluskan 4 (empat) kali tamatan dengan persentase kelulusan 100 % pada setiap tahunnya. Semoga prestasi ini dapat semakin ditingkatkan di masa-masa mendatang, bukan hanya lulus 100 % saja, namun juga peningkatan perolehan nilai Ujian Nasional seluruh peserta didik yang semakin meningkat pula. Aamiin…
Akhirnya, sebagai abdi Negara sekaligus abdi masyarakat, secara pribadi aku semakin memahami betapa kompleksnya persoalan-persoalan terkait pendidikan ini, apalagi di daerah pelosok dan terpencil seperti Desa Sungai Karang. Oleh karena itu, bersama dengan berbagai kesulitan-kesulitan yang masih menghadang, namun tak sedikitpun kuterbesit untuk berinisiatif pindah/mutasi tugas dari SMPN Satu Atap Sungai Karang, terlebih lagi pada saat ini aku adalah satu-satunya guru PNS yang secara definitif dan administratif ditugaskan untuk mengabdikan diri di sekolah ini. Segala rintangan ini pantas kuanggap sebagai tantangan-tantangan kemajuan yang layak untuk terus diperjuangkan. Kata kuncinya “apapun yang terjadi dalam hidup ini adalah untuk dijalani, untuk disyukuri, dan untuk dinikmati.” Dan kesimpulannya ialah bahwa Allaah SWT telah mengarahkan jalan hidupku, hidupku untuk pendidikan…
Salam edukasi…